Saturday 25 March 2017

Integrasi Bangsa Lewat Sepakbola, Betapa Mahalnya !

Tim Perseru Serui ada di Kepulauan Yapen, Papua.
Berbicara Sepakbola Perseru Serui, tak ada bedanya dengan Persipura Jayapura. Berbicara Sepakbola Papua, secara tak langsung juga akan berbicara soal Integrasi Bangsa,  khususnya lewat Sepakbola.


Pada suatu masa, sepakbola  Liga Indonesia pernah dibagi dalam Dua wilayah. Pernah pula dibagi dalam Tiga  Wilayah. Alasannya sangat sederhana, kondisi geografis Indonesia. Alasan yang lain,  sepakbola Indonesia 100% belum profesional. Karena belum profesional benar, ujung-ujungnya cari sponsor dan dukungan pendanaan sungguh teramat sulit.

Agar pengeluaran bisa dihemat, PSSI  mengeluarkan keputusan pembagian wilayah. Setelah dicermati betul, pembagian wilayah ini dinilai tidak mendukung  upaya pemerintah dalam  Persatuan Bangsa. Liga Indonesia dalam format satu wilayah pun dilaksanakan lagi. Alasannya kali ini lebih bermakna, demi terjaganya integrasi bangsa. Apapun resikonya !

Adalah Perseru Serui dan Persipura Jayapura yang membuat Integrasi Bangsa ini lebih nyata diwujudkan.  Pada kompetisi Liga1, semua tim tidak hanya memahami kultur sepakbola di Serui dan Jayapura, tetapi harus memahami bahwa kultur masyarakat  di sana adalah bagian dari Indonesia. Masyarakatnya, adat budayanya, sosial ekonomi yang beragam, sampai kondisi geografis yang letaknya  dekat benua  Australia itu.

Baca : Persebaya ditangan Azrul Ananda, siap berjaya !

Andaikata tim  Semen Padang FC tidak berada di kasta tertinggi bernama Liga 1, barangkali para pemain dan tim official tidak akan mengenal kondisi geografis Papua.
Andaikata Sri  Wijaya FC tidak berada di Liga 1, barangkali para awak tim tidak akan mengetahui betapa indahnya tanah Papua yang sungguh teramat luas.
Betapa dahsyatnya makna integrasi bangsa itu sobat !

Itu baru Perseru Serui dan Persipura Jayapura,  belum Persiwa Wamena, Persis Sorong,  Persidafon Dafonsoro, Perseman Manokwari, Persiram Raja Ampat, Persifak Fak-Fak, Persigubin Gunung Bintang, dll.

Demi Integrasi Bangsa, lupakan biaya transportasi !
Jangan ditanya berapa biaya untuk mendirikan klub sepakbola. Itu mudah cepat. Karena jika anda punya fulus minimal Rp 5 Milyar, anda sudah bisa membeli klub. Itu juga tergantung klub yang anda incar apakah  hendak dijual atau tidak.

Pokok permasalahannya sebenarnya bukan itu, tetapi setelah memiliki klub bola, bagaimana kelanjutannya. Sebab setelah punya klub, sang pemilik klub harus memikirkan gaji pemain, akomodasi, dan Transportasi yang besar.

Berapa biaya transportasi klub Semen Padang FC (Sumatra Barat) yang hendak bertanding lawan Perseru Serui (Papua)?.Demi integrasi bangsa, lupakan mahalnya biaya transportasi.

Sobat,
Seorang kawan dari Panditfootball pernah memaparkan tentang biaya perjalanan ini.  Anggap saja tim itu bernama Semen Padang FC, karena Semen Padang adalah klub Liga 1 yang berada di posisi paling barat.
Perjalanan dari Padang, mereka bertolak menggunakan pesawat ke Jakarta. Setelah dari Jakarta, mereka langsung naik pesawat jurusan ke Biak. Namun, pesawat ini harus transit terlebih dahulu di Makassar untuk kemudian langsung ke Biak.

Dari Biak, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Yapen, untuk kemudian lanjut ke kota Serui.

Lalu berapa biaya yang dibutuhkan ?
Padang-Jakarta: kurang lebih Rp 450.000/orang, lama perjalanan sekitar dua jam

Jakarta-Makassar: kurang lebih Rp. 560.000/orang, lama perjalanan sekitar dua jam 30 menit

Makassar-Biak: kurang lebih Rp. 1.500.000/orang, lama perjalanan tiga jam

Biak-Serui: kurang lebih Rp. 800.000 per orang, lama perjalanan 30 menit. Ada yang lebih murah, menaiki kapal laut, dengan kapasitas yang lebih banyak. Namun, cuaca laut yang memisahkan Biak dan Serui tidak bisa diprediksi. Kalau pesawat, maskapai yang melayaninya adalah Susi Air, dengan pesawat Twin Otter kapasitas 12 orang.

Jika ditotal, maka biaya perjalanan pergi tiap orang saja sudah menghabiskan Rp 3.310.000/orang, tiga bahkan empat kali lipat dari biaya tandang biasanya.

Andaikan tim Semen Padang membawa 27 orang (pemain plus official) maka Semen Padang menghabiskan hampir Rp 90 juta untuk sekali jalan. Jika Pergi-Pulang, maka Semen Padang butuh Rp 180 juta. Itu untuk satu pertandingan saja.  Hal tersebut belum termasuk akomodasi seperti hotel, makanan, dan lain-lain, dengan catatan biaya di atas adalah biaya termurah.

Sobat,
Untuk hemat biaya, biasanya PSSI membuat satu paket pertandingan. Misalnya, usai bertanding lawan Perseru Serui, Semen Padang tidak pulang dulu, tetapi langsung menuju Jayapura untuk melawan Persipura. Apapun bentuk paket pertandingan, biaya tanding ke Papua tetap akan memakan banyak biaya.

Pernahkah terpikirkan, andaikan Persiraja Banda Aceh dan Persimer Merauke sama-sama naik ke Liga 1 ?  Berapakah jarak antara Aceh sampai Merauke.
Jarak antara Banda Aceh ke Merauke Papua, sama dengan Banda Aceh ke  Arab Saudi.

Anda bisa bayangkan, andaikata Liga 1 dipenuhi tim-tim dari tanah Papua ! Berapapun biaya akomodasi dan transportasi, tim-tim Liga 1 yang sudah dianggap profesional, wajib  melaksanakan kewajiban  bertanding  lawan tim manapun dari  tanah Papua.

Integrasi Bangsa lewat sepakbola, memang mahal biayanya !

Inilah 18 Tim Pejuang Integrasi Bangsa lewat Sepakbola, siap bertarung di kasta tertinggi sepakbola Indonesia , Liga 1 - 2017.

1.  Arema FC
2.  Bali United
3.  Barito Putra
4.  Bhayangkara FC
5.  Persegres Gresik United
6.  Madura United
7.  Mitra Kukar
8.  Persela Lamongan
9.  Perseru Serui
10.  Persib Bandung
11. Persiba Balikpapan
12.  Persija Jakarta
13.  Persipura Jayapura
14.  PS TNI
15.  PSM Makasar
16.  Pusamania Borneo FC
17.  Semen Padang
18.  Sri Wijaya FC.
(By : @yana_udiyatna)


No comments:

Post a Comment

OPINI / ESAI :

Jadikan Piala Presiden seperti Copa del Rey

Piala Presiden seperti Copa del Rey ? Kenapa tidak ?