Sunday 12 February 2017

Menaikkan Standar Kebanggaan Manchester United

Dua goal dari Mata dan Martial masih saja belum bisa membawa MU ke Liga Champion. Masih tergopoh-gopoh mengejar City dan Liverpool.



Saat Menjamu Watford di Old Traford permainan MU sebenarnya menunjukkan kelasnya sebagai klub besar dengan pemain hebat, memiliki pelatih yang cerdas -- Mourinho lahir sebagai pelatih tidak perlu diawalil dari pemain bola seperti kebanyakan pelatih lainya -- Sebagai ajang balas dendam, ya cukup  menggembirakan lah, setelah pada pertemuan  sebelumnya MU di pecundangi 3-1 saat bertandang ke Watfrod pertengahan September lalu.

Berturut-turut MU mengalami kekalahan masa itu. Liga Primer Inggris memang kejam, se bengis mantan yang berkhianat lah pokoknya. Itulah kenapa, untuk bermain Liga Primer Inggris bukan hanya modal finansial dan ketenaran pemain. Melainkan taktik atau siasat sang manajer.  Jangan lupakan Leicester, klub yang di underdog kan mampu meraih tropi juara.
MU yang bermain hebat namun di buat frustasi.

Heurelho Gomes menjadi kipper yang pantas di acungi jempol. Serangan bertubi-tubi meski hanya dua yang berhasil menggetarkan hati jaring nya. Reflek nya luar biasa, bagaimana ketika Gomes mampu menepis tendangan jarak jauh Pogba, bahkan tendangan Pogba dalam kotak pinalti pun mampu di halau nya.

Dua gol yang tercipta, semuanya pas posisi Gomes di belakangi bek nya, posisi di mana Gomes benar-benar sulit memandang datangnya arah bola. Para pemain depan MU dibikin frustasi oleh Kiper yang wajahnya mirip Fabien Barthez.
Frustasi Mata terlihat pas melakukan selebrasi.

Tak seperti biasanya Mata melakukan selebrasi melempar sepatu nya, yang konon menurut Mata. Sepatu tersebut sangat lah kendor. Sekendor pertahanan MU di awal-awal musim. Makanya ketika berhasil bermain tanpa kalah selama 16 kali, bangganya bukan main.

Bermain tanpa kalah bukan berarti menang lho. Klub sekelas MU harusnya malu dong bermain imbang, apalagi kalah. Standar kebanggan yang menurun semenjak di tinggal Mbah Ferguson. Ayolah, naikkan standart kebanggan nya. Menang itu wajar, Imbang bikin minder, kalah memalukan. Jadikan itu sebagai sesuatu yang wajib di tempuh. Tanpa pandang klub, baik di liga domestic maupun di luar. Etapi sudah berapa musim ya MU ndak ikut Liga Champion??
Sudah bukan jamanya MU imbang.

Sekarang saat nya focus ke EFL, meskipun kastanya di bawah Liga Primer dan tentunya jangan lupakan FA, yang kastanya di bawah Liga Champion pastinya. Lha bagaimana mau naik kelas jika sang Manajer Jose Mourinho sendiri sudah tergesa-gesa bangga dengan hasil tanpa kalah berturut-turut selama 16 pertandingan.

Hati-hati lah dengan bekas permen karet yg di emut Mbah Ferguson, bisa-bisa di lempar ke wajahmu Mou. Jadi ingat pesan Mbah Ferguson sebelum meninggalkan Old Traford, blio mewanti-wanti jangan sampai Jose Mourinho melatih MU, karena ketenaran Mourinho bisa menenggelamkan nama besar Manchester United.

Gimana Mbah, gregetan sama capaian MU. Boleh lho mbah, situ ngasih petuah dan sedikit tips buat Mourinho.
Asal jangan terus menghina dengan bilang “ isih penak jamanku taa ”.
Takutnya permen karetmu lepas di saat manis-manis nya di lidah.

(Penulis : Paymore Dwi Ruwiyanto)

1 comment:

OPINI / ESAI :

Jadikan Piala Presiden seperti Copa del Rey

Piala Presiden seperti Copa del Rey ? Kenapa tidak ?