Wednesday 8 February 2017

Perbedaan Perkembangan Sepakbola China dan Indonesia

 Masyarakat Penggila Bola di Indonesia , agaknya wajib iri dengan action Presiden China Xi Jinpeng. Setelah dilantik menjadi Presiden China tahun 2013, Xi Jinpeng membangun Sepakbola negaranya secara besar-besaran. Muaranya hanya satu. Juara Sepakbola Piala Dunia.


Visi yang luar biasa.! Apakah Jinpeng ngoyo woro ? Jika dilihat dari dana dan investasi yang dilakukan, apa yang diimpikan China bisa saja terwujud.


        Saat ini moving yang dilakukan Xi Jinpeng sudah dirasakan gerah oleh pemilik klub-klub papan atas Eropa dan Amerika Latin. Xi Jinpeng melalui Federasi Sepakbola China (CFA) telah mengontrak para pemain dari Liga Eropa dan Amerika Latin dengan harga gila-gilaan, hanya untuk mendongkrak harkat dan martabat sepakbola China. Jika saat ini pemain termahal adalah Cristiano Ronaldo, maka Harga itu sudah dilewati Carlos Tevez dengan bayaran sekitar Rp 7,5 Milyar per-pekan. Padahal Carlos Tevez bukan bermain di Liga Spanyol, Inggris, Italia, ataupun Jerman, tetapi hanya bermain di Liga Super China.

Tidak hanya Carlos Tevez, klub-klub kaya China sudah mengontrak pemain-pemain yang masih layak bermain di Liga Eropa, ada Oscar, Didier Droba, Seydo Keita, Gervinho, Fredy Guarin, Ramires, Jackson Martinez, Alex Texeira, Ezequil Lavezzi, dll.

        Mengapa China melakukan hal itu ? Kemajuan perekonomian negara China, yang ditopang kemauan kuat dari pemerintah untuk memajukan sepakbola China, adalah jawabannya. Kemajuan industri China berbanding lurus dengan pendapatan domestik bruto masyarakat China. Kemajuan inilah yang membuat pemerintah China dibawah Presiden China Xi Jinpeng berani membangun dan merenovasi 6000 Stadion serta lapangan sepakbola di China. Mendirikan 50.000 SSB (Sekolah Sepakbola) dalam 10 tahun ke depan.

Baca : Tantangan Indra Sjafri lebih berat

Untuk menarik minat siswa sejak dini, Kurikulum sepakbola dimasukkan dalam pendidikan, terutama sejak Sekolah Dasar. Targetnya, di tahun 2020 mendatang, ada sekitar 50 Juta warganya yang bermain sepakbola. Dan di tahun 2050, China mentargetkan bisa meraih Juara Sepakbola Piala Dunia..! Soal targetnya tercapai atau tidak, bukankah itu sudah sangat visioner ?

         Bagaimana dengan pengembangan sepakbola Indonesia ? Di Indonesia, tidak ada Kurikulum Sepakbola di tingkat TK, SD, maupun SMP. Hanya ada Kurikulum Olahraga, itupun hanya 1 atau 2 jam perminggunya. Sekolah Sepakbola (SSB) yang ada di Indonesia juga bukan inisiatif dari pemerintah, tetapi kebanyakan dari pihak swasta dan orang-orang yang gila bola. Dulu ketika Menpora masih dijabat Andi Mallarangeng, pernah mencetuskan program SKSLS alias Satu Kecamatan Satu Lapangan Sepakbola. Tapi program itu tidak mendapat dukungan stakeholder dibawahnya. Parahnya lagi, Andi Mallarangeng malah terjerat kasus korupsi Hambalang.

Soal Prestasi ? Di event-event major, Indonesia selama ini baru meraih Juara di ajang Sea Games tahun 1987 dan 1991. Indonesia belum pernah Juara Piala AFF, dan belum pernah ikut Piala Dunia. Dan saat ini berada di peringkat 171 FIFA. Bandingkan dengan China. China pernah ikut Piala Dunia tahun 2002, meski hanya sampai di babak grup. Di tingkat Asia, China pernah Juara Sepakbola Asian Games di tahun 1994. Untuk Ajang Sepakbola Piala Asia, China pernah meraih Runner Up di tahun 1984 dan 2004. Klub China Evergrande Guangzhou, pernah meraih Juara Liga Champion Asia di tahun 2013 dan 2015. Sementara di Piala Dunia Antar Klub, Evergrande Guangzhou, menjadi Semifinalis di tahun 2013 dan 2015.Saat ini China berada di Ranking 82 FIFA.

        Soal potensi dan minat pada cabang olahraga Sepakbola, Indonesia tidak kalah dengan China. Harus diakui, Sepakbola di Indonesia belum menghasilkan duit. Rata-rata pemilik klub malah tombok. Hanya pengusaha yang gila bola yang mau mendirikan klub sepakbola. Soal dukungan? Lihat saja, Timnas Indonesia tidak pernah Juara Piala AFF, tetapi jika timnas Indonesia main di Stadion di Indonesia, selalu penuh sesak, bahkan ribuan orang kehabisan tiket. Ini adalah potensi yang harus dikelola oleh Negara, dalam hal ini pemerintah/Menpora dan PSSI. Bahan mentah sudah ada, tergantung pihak pemerintah/Menpora dan PSSI , apakah bisa mengelolanya. Sehingga, pengembangan sepakbola Indonesia bisa seperti di China, atau bahkan seperti di negara-negara Eropa.

No comments:

Post a Comment

OPINI / ESAI :

Jadikan Piala Presiden seperti Copa del Rey

Piala Presiden seperti Copa del Rey ? Kenapa tidak ?