Hery Kiswanto. Foto: Tribunnews. |
Herkis didaulat melatih PSS Sleman untuk mengarungi kompetisi Liga 2 musim 2018. Sekaligus diharapkan mengangkat PSS Sleman ke Liga 1.
Dengan demikian, ini untuk ketiga kalinya Hery Kiswanto melatih PSS Sleman. Nama Herkis, tidaklah asing bagi Sleman Fans (Slemania dan BCS/Brigata Curva Sud), karena Herkis pernah membesut PSS Sleman tahun 2006 dan 2014.
Penunjukkan Herkis sebagai Nakhoda baru PSS Sleman, tak lepas dari peran sosok Baryadi. Drs. HM. Baryadi SE MM, adalah Manajer baru di Tim PSS Sleman.
Menurut Baryadi, pihaknya sengaja kembali menunjuk Heri Kiswanto sebagai pelatih PSS pada musim mendatang. Selain dinilai pas dengan karakter PSS, eks pelatih Persela Lamongan ini juga memiliki komitmen untuk membawa PSS Sleman naik ke Liga 1.
Langkah awal Baryadi dan Herkis, adalah membentuk tim PSS Sleman yang diturunkan dalam Laga Celebration Game lawan Persebaya Surabaya, di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya (9/12/2017).
Apakah Herkis Mampu Mengangkat PSS Sleman ke Liga 1 ?
Suporter PSS Sleman sebaiknya jangan terlalu muluk-muluk mengharapkan PSS Sleman naik ke Liga 1, khawatir nanti suporter Sleman kian banyak yang Stres dan Kenthir.
Sampai saat ini rasa sedih, stres, sakit hati, dan sedikit kenthir yang dialami pendukung PSS Sleman, belum sembuh benar, setelah coach Fredy Muli gagal membawa PSS Sleman ke Liga 1.
Pendukung PSS Sleman juga jangan terlalu skeptis dan pesimis dengan keberadaan Herkis. Biarkan Herkis bersatu padu dengan Manajer PSS Sleman Baryadi, untuk bekerja lebih keras membangun PSS Sleman.
Herkis ingin membayar ‘hutang’ yang belum terlunasi. Apa itu? Herkis masih penasaran dengan Babak 8 Besar Divisi Utama tahun 2014, yang diwarnai dengan ‘Sepakbola Gajah’. Herkis ingin menghapus stigma itu, dengan membawa PSS Sleman ke Liga 1.
Masa 2014 kebersamaan Herkis bersama PSS Sleman boleh dibilang masa paling suram dalam karier kepelatihannya. Sebab ditahun tersebut, Herkis dihukum oleh PSSI karena terlibat ‘Sepakbola Gajah’.
Pada sebuah pertandingan menentukan di Babak 8 Besar Divisi Utama 2014, yang digelar di Stadion AAU Adisucipto Yogyakarta, PSS Sleman yang dibesut Herkis, terlibat ‘Sepakbola Gajah’ dengan PSIS Semarang. Skor akhir dari laga ini adalah 2-3 untuk ‘kemenangan’ PSIS Semarang.
Sayangnya, semua gol yang terjadi karena gol bunuh diri. Semua Gol yang bersarang di gawang PSS, karena gol bunuh diri pemain PSS Sleman sendiri. Sedangkan semua Gol yang bersarang di gawang PSIS Semarang, juga hasil dari tendangan pemain PSIS.
Kedua tim ingin mengalah, agar terhindar dari Borneo FC di babak semifinal, yang konon dibekingi oleh Gerakan Bawah Tanah bernama Mafia. Benar atau tidak dugaan itu, sulit dibuktikan. Yang pasti saat ini Borneo FC sudah berada di Liga 1.
Jika Herkis berani membesut PSS Sleman, ini sebuah tantangan yang amat besar. Suporter PSS Sleman bahkan suporter tim lain, sudah pasti akan memberikan tekanan yang lebih berat. Mereka akan mengungkit kembali masa silam yang kelam.
Tapi jika Herkis menganggap pinangan PSS Sleman ini sebagai hutang yang belum terbayar, berarti Herkis memiliki passion yang besar untuk membawa PSS Sleman ke Liga 1. Sebuah impian yang pernah kandas di tengah jalan.
Pencapaian Herkis di Babak 8 Besar Divisi Utama 2014, sebenarnya sebuah pencapaian yang lumayan, sebelum tersandung kasus ‘Sepakbola Gajah’. Bandingkan dengan Freddy Muli yang hanya bisa mengantarkan PSS Sleman di babak 16 Besar iga 2/2017.
Sejauh mana prestasi Herkis di klub lain ?
Dari pantauan di medsos,ada sedikit kekhawatiran dengan keberadaan Hery Kiswanto yang kembali menangani PSS Sleman. Pertanyaan para pendukung PSS Sleman, kenapa harus Hery Kiswanto lagi ?
Setelah PSSI mencabut hukuman Herkis akibat ‘Sepakbola Gajah’, Herkis berlabuh di Persela Lamongan mengarungi Liga 1/2017. Prestasi Persela di tangan Herkis tidak terlalu menyolok, bahkan ia mengundurkan diri di separuh kompetisi Liga 1. Herkis pun digantikan Aji Santoso.
Pengunduran diri Herkis di Persela Lamongan, karena adanya tekanan dari pihak pemain maupun official Persela Lamongan sendiri, yang tidak puas dengan kinerja Herkis. Puncaknya, terjadi friksi antara pemain asing Persela Ivan Carlos dengan Herkis. Demi kemajuan tim, Herkis-pun memilih mundur dari Persela.
Tantangan yang sama, mungkin akan dialami herkis saat menukangi PSS Sleman. Ketidakcocokan dalam hal gaya melatih, leadership, penerapan strategi dan taktik di lapangan, dimungkinkan akan kembali terjadi.
Solusinya, komunikasi dua arah dan sikap saling terbuka harus diciptakan. Keberhasilan sebuah tim, umumnya Karena adanya keterbukaan antara pemain dan pelatih, disamping adanya kekompakan antara pemain, pelatih, official, termasuk didalamnya suporter.
PROFIL HERY KISWANTO :
Nama Lengkap: Herry Kiswanto
Tempat/ Tanggal Lahir : Banda Aceh, Aceh, 25 April 1955
Posisi aktif bermain : Libero
Dalam karier bermain hanya sekali mendapat Kartu Kuning.
Karier Sebagai Pemain :
1976-1979 : Persib Bandung
1979-1983 : Pardedetex
1983-1984 : Yanita Utama (Juara Era Galatama)
1985-1991 : KTB (Juara era Galatama)
1991-1993 : Asyabaab Salim Grup
1993-1996 : Mastrans Bandung Raya (Juara era Liga Indonesia
1979-1993 : Timnas Indonesia
Baca : PSMS Medan Naik Kasta Ke Liga 1
Selama memperkuat Timnas Indonesia, Herry Kiswanto bermain 40 kali dan mencetak 3 gol. Herkis juga bagian dari tim Indonesia yang meraih perunggu di Sea Games 1981, dan Sea Games 1989.
Selain itu, Hery Kiswanto juga bagian dari tim Indonesia yang meraih Medali Perak di Sea Games 1983, dan Medali Emas di Sea Games 1987. Pada tahun 1986, dia bagian dari tim Indonesia yang menjadi semifinalis Asian Games.
Karier Sebagai Pelatih :
1996 : Persija Jakarta
2003 : PSIS Semarang
2004 : Persikabo Bogor
2005-2006 : PSS Sleman
2007 : Persmin Minahasa
2008 : Persiraja Banda Aceh
2009 : Persikab Bandung
2010 : Persiraja Banda Aceh
2013 : Persiba Balikpapan
2014 : PSS Sleman
2017 : Persela
2018 : PSS Sleman
No comments:
Post a Comment