Thursday 9 February 2017

Belajar Pada suporter PSS Sleman.

Jika anda benci PSS Sleman, tentu judul itu akan semakin membuat anda jengkel. Apa sih yang bisa dipelajari dari Suporter PSS Sleman ? Atau mungkin saya terlalu primordial ? Saya rasa tidak juga.  



Saya menulis  coretan  ini tentu ada  maksud tertentu. Cobalah perhatikan baik-baik, kelompok suporter mana yang sudah  berani memberikan royalty merchandise hingga puluhan juta rupiah kepada klub kesayangannya. Saya rasa tidak ada ! Kalau oknum kelompok suporter yang mengemis minta tiket gratis untuk menyaksikan pertandingan bola, itu sih banyak.


Ada apa  dengan Suporter PSS Sleman , sehingga harus belajar ke sana ? Kenapa harus dengan Suporter PSS Sleman? Bukankah di musim 2017 ini, PSS Sleman tidak berada di kasta tertinggi sepakbola Indonesia ?

PSS Sleman berjuluk Elang Jawa memang  tidak berada di kasta tertinggi PSSI. Ia hanya  di kelas  Liga 2, kasta kedua kompetisi sepakbola Indonesia.  Karena belum berada di kasta tertinggi, otomatis setiap laga PSS Sleman jarang disorot kamera. Jadilah PSS Sleman seperti  emas yang belum tergali. 
PSS Sleman memiliki basis suporter bernama Slemania. Beberapa tahun kemudian, basis suporter bertambah lagi, namanya Brigata Curva Sud (BCS). Dilihat namanya, tentu mengacu pada bahasa Italia. Kalau diartikan kurang lebih, Prajurit di sisi oval bagian selatan. Yes, suporter ini selalu memenuhi tribun terbuka sisi  Selatan Stadion Maguwoharjo Sleman.  Lalu, belajar pada sisi apa ?

1.      Belajar  pada sisi keuangan.
Sudah jamak terjadi jika selama ini suporter selalu  ingin menonton pertandingan dengan gratis, tidak mau beli tiket, memaksa penjaga pintu masuk agar bisa nonton bola, mbludhus, menunggu pintu masuk dibuka dibabak kedua, dsb.  

Ulah bodoh dan tidak berbudaya tersebut  sekarang sudah hilang dikikis oleh suporter PSS Sleman sendiri. Suporter PSS Sleman kini menjelma  sebagai suporter mandiri, modern dan berbudaya. Mereka selalu membayar tiket di setiap pertandingan PSS Sleman. Semboyan No Ticket No Game sudah lama mengakar di setiap hati para suporter.

Membudayakan rasa malu jika tidak beli tiket pertandingan  makin menuai sukses.  Jadilah pemasukan PSS Sleman terus bertambah. Yang lebih dahsyat. Setiap tahun, Suporter PSS Sleman memberikan royalty hasil penjualan segala macam merchandise kepada PSS Sleman. Besarnya bervariasi. Untuk tahun 2016 saja, suporter PSS Sleman melalui BCS menyerahkan royalty  sebesar Rp. 50 Juta. 
Jika dibanding biaya operasional PSS Sleman yang  mencapai milyaran rupiah , angka Lima Puluh Juta Rupiah memang tidak seberapa. Namun bukan masalah angka yang penting. Yang penting adalah, suporter makin dewasa dan  sadar, bahwa mengelola klub bola  dan mengikuti kompetisi sepakbola  membutuhkan pendanaan besar. Dan suporter sudah mencoba untuk  turut andil membesarkan PSS Sleman.

2.      Belajar pada sisi entertainment.
Jika anda belum sempat nonton langsung ke stadion Maguwoharjo, cobalah buka You Tube. Dan ketiklah tiga kata “Brigata Curva Sud”. Disanalah aksi suporter Sleman Fans ini beraksi. Kalah atau menang suporter ini terus beraksi dan bernyanyi. Koreografinya sebenarnya sangat mudah dan sederhana. Karena tiap suporter hanya berdiri di tempat, sesekali menggerakkan badan dan memainkan kertas warna-warni ukuran folio yang dipegangnya.

Mereka ingin menjadi suporter yang modern dan dinamis. Datang ke stadion  tidak dengan sandal jepit, tetapi  mereka selalu memakai sepatu. Saat pertandingan berlangsung, Chants yang mereka nyanyikan juga  lebih mendidik penonton. Tidak ada bahasa kasar  yang terlontar. Bahasa yang digunakan  kadang bahasa Italia, Inggris dan Indonesia. 

Aksi  suporter ini semakin menasional ketika PSS Sleman berujicoba lawan Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri pada kurun waktu 2012-2013 silam. Jadilah Koreografi suporter PSS Sleman ini kemudian ditiru oleh kelompok suporter tim lain. Bahkan belakangan ini , aksi suporter PSS Sleman tersebut menarik perhatian  penggemar bola di beberapa Negara. 

Yang terbaru, Presiden Jokowi menyempatkan selfie dengan latar belakang konfigurasi dari koreografi yang ditampilkan suporter PSS Sleman. Momen itu terjadi pada Pembukaan Piala Presiden 2017 yang baru lalu

Kini masyarakat Sleman dan sekitarnya mempunyai dua tujuan jika ingin datang ke Stadion Maguwoharjo Sleman. Yang pertama, melihat pertandingan PSS Sleman. Yang kedua, melihat aksi koreografi ribuan pendukung PSS Sleman. 

Masyarakat Sleman dan sekitarnya , terutama anak-anak dan wanita, kini lebih nyaman dan tenang  datang ke Stadion Maguwoharjo, karena selalu mendapat hiburan tambahan. Anda ingin melihat aksi suporter PSS Sleman ? Cobalah mampir ke Stadion Maguwoharjo saat PSS Sleman berlaga.
Wisata baru, Wisata Sepakbola ! hehehe…

Baca : Perbedaan Perkembangan Sepakbola China dan Indonesia

1 comment:

  1. Memang seharusnya begitu wahai kisanak...sepakbola harus menjadi tontonan yg menghibur, bukan ajang saling bermusuhan antar suporter.

    ReplyDelete

OPINI / ESAI :

Jadikan Piala Presiden seperti Copa del Rey

Piala Presiden seperti Copa del Rey ? Kenapa tidak ?